kabus malam itu sangat tebal
aku jadi takut
takutkan benda yang aku tak nampak
khayalan,halusinasi
yang membuat hati aku
bagai berlari lari
macam ombak yang sibuk memukul sang pantai
menghilangkan tulisan tulisan di atas pasir
yang manusia tulis sebagai satu ingatan
seluruh tubuh menggeletar
peluh memercik membelah dahi
aku rasa kepala lutut aku sudah hilang
longgar
macam ikatan janji kita dulu
janji yang aku ikat dengan urat
yang aku ragut dahulu
urat yang paling dekat dengan hati aku
rapuh
tidak cukup kuat
yang akhirnya
jatuh rebah dan tersembam
mencium bumi tempat lahirnya kita
tempat akhirnya kita
tanamkan aku dalam lumpur busuk itu
kerana walau tanah yang aku pijak
mulut aku tercungap cungap
meminta sebalang udara bersih
seperti ikan yang habitatnya bukan di hutan
seperti aku yang keluar dari kepompong aku
mencari kau yang tinggalnya di atas bukit sana
tanpa ada lurah jalan yang mampu aku pegang
untuk membantu berlari aku ke atas
meski aku punya sayap
tapi masih belum cukup kuat
untuk mengipas memukul sang angin
menerbangkan diri dan bebas melihat ke bawah
melihat kau yang termenung bermimpi ke atas
sambil aku sibuk ketawa terbahak bahak
tapi sepertinya aku sedang tidur
dan bermimpi tentang darjat aku yang lebih tinggi
dari kau yang aku benci
Tiada ulasan:
Catat Ulasan